Minggu, 04 Oktober 2009

Performance Rating


Performance rating merupakan aktifitas untuk menilai dan mengevaluasi kecepatan operator untuk menyelesaikan produknya. Tujuan dari performance rating adalah untuk menormalkan waktu kerja yang disebabkan oleh ketidakwajaran (Sutalaksana,1979).
Dalam hal ini pengukuran waktu kerja merupakan usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator terlatih dan qualified dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Pada pengukuran waktu kerja ada dua jenis pengukuran, yaitu:
a.         Pengukuran secara langsung
1.      Pengukuran Jam henti (stop watch Time Study).
2.      Work sampling.
b.        Pengukuran secara tidak langsung:
1.      Data waktu baku (standar data).
2.      Data waktu gerakan.

1.1          Langkah-Langkah Sebelum Melakukan Pengukuran
Menurut Sutalaksana (1979), untuk memperoleh hasil yang baik dan dapat dipercaya, ada beberapa langkah yang dilakukan agar maksud untuk memperoleh hasil yang baik dan dapat dipercaya tercapai. Berikut ini adalah langkah-langkah sebelum melakukan pengukuran:
a.         Penetapan tujuan pengukuran
Bertujuan untuk  mengetahui kegunaan hasil pengukuran digunakan, dan mengetahui berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran.
b.        Melakukan penelitian pendahuluan
Tujuannya adalah mempelajari kondisi kerja dan cara kerja sehingga diperoleh usaha perbaikan, membakukan secara tertulis sistem kerja yang dianggap baik, dan operator memerlukan pegangan baku.

c.         Memilih operator
Tujuannya adalah agar operator dapat berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.
d.        Melatih operator
Bertujuan agar operator dapat terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan perusahaan.
e.         Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan
Bertujuan untuk menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan, memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen, untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin dilakukan pekerja, dan mengembangkan data waktu baku standar setiap tempat kerja yang bersangkutan.
f.         Menyiapkan alat-alat pengukuran
Alat-alat yang digunakan antara lain:
·      Jam henti (stopwatch)
·      Lembar pengamatan
·      Alat tulis
·      Papan pengamatan

1.2         Melakukan Pengukuran Waktu
Menurut Sutalaksana (2005), pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan. Ada 3 metode yang digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja, adalah sebagai berikut:
a.         Continous Timing.
b.        Repetitive Timing (Step-Back Method).
c.         Accumulative Timing.
Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan pengukuran pendahuluan. Tujuan dari pengukuran pendahuluan adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Kemudian mencatat semua data yang didapat, yang dilanjutkan dengan proses perhitungan data. Rumus-rumus yang digunakan, antara lain:
a.         Nilai rata-rata
b.        Standar deviasi
c.         Standar deviasi dari distribusi harga rata-rata
d.        Batas kontrol atas (BKA) dan Batas kontrol bawah (BKB)

1.3         Tingkat Ketelitian, Tingkat Keyakinan dan Pengujian Keseragaman Data
Tingkat Ketelitian adalah penyimpangan maksimum hasil dari waktu penyelesaian sebenarnya. Tingkat Keyakinan adalah besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian. Contoh, tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memiliki arti bahwa pengukur membolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyipang sejauh 10% dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Pengaruh dari tingkat keyakinan dan ketelitian terhadap jumlah pengukuran adalah semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan, semakin banyak pengukuran yang diperlukan.
Pengujian keseragaman data dengan menggunakan batas-batas kontrol (BKA dan BKB) untuk menentukan apakah data yang didapat seragam atau tidak. Data dikatakan seragam yaitu berasal dari sistem sebab yang sama, bila berada diantara kedua batas kontrol, sedangkan data dikatakan tidak seragam yaitu berasal dari sistem sebab yang berbeda, bila berada diluar batas kontrol.

1.4         Perhitungan Waktu Baku
Menurut Sutalaksana (2005), Setelah proses pengukuran selesai, langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu baku adalah sebagai berikut:
a.         Hitung waktu siklus rata-rata (Ws)
Waktu siklus adalah Waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan baku atau mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan.
Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata.
Dimana p adalah faktor penyesuaian
Adapun pembagian faktor penyesuaian, yaitu:
p = 1 / p = 100% berarti bekerja normal.
p > 1 / p > 100% berarti bekerja cepat.
p < 1 / p < 100% berarti bekerja lambat.
c.         Hitung waktu baku (Wb)
Waktu baku adalah waktu penyelesaian yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja terbaik pada saat itu
Menurut Wignjosoebroto (1992), adapun manfaat dari waktu baku, antara lain man power planning, estimasi biaya-biaya untuk upah kerja, Penjadwalan produksi dan penganggaran, indikasi keluaran untuk mampu dihasilkan oleh pekerja.

1.5         Penyesuaian
Menurut Sutalaksana (2005), penyesuaian adalah kegiatan evaluasi kecepatan dan performance kerja operator pada saat pengukuran kerja berlangsung merupakan bagian penting dalam pengukuran kerja. Cara-cara menentukan faktor penyesuaian sebagai berikut:
1.   Cara Persentase
      Dalam cara ini besar faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya selama melakukan pengukuran. Jadi sesuai dengan pengukurannya pengamat menentukan harga p yang menurut pendapatnya menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus.
2.   Cara Shumard
      Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai masing-masing. Penilaian performance kerja operator menurut kelas-kelas Superfast, Fast+, Fast, Fast-, Excellent dan seterusnya.
3.   Cara Westinghouse
      Westinghouse mengerahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu:
keterampilan , usaha,  kondisi kerja, dan konsistensi.
4.   Cara Objektif
      Cara ini memperhatikan 2 faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan.
5.   Cara Bedaux
      Pada dasarnya cara Bedaux tidak banyak berbeda dengan cara Shumard, hanya berbeda pada nilai-nilai dinyatakan dalam “B”.
6.   Cara Sintesis
      Dalam cara waktu penyelesaian setiap elemen gerakan dibandingkan dengan harga-harga yang diperoleh dari tabel-tabel data-data waktu gerakan untuk kemudian dihitung harga rata-ratanya.

1.6         Kelonggaran (Allowance)
          Menurut Sutalaksana (2005), kelonggaran adalah waktu yang diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal. Misalnya istirahat, kekamar kecil, meminta bantuan dan sebagainya. Kelonggaran dibagi menjadi 4 bagian, yaitu kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatigue, kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan, kelonggaran dalam perhitungan waktu bebas.

Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara jalur manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan (Sritomo, 1992). Secara garis besar teknik-teknik pengukuran waktu kerja dibagi ke dalam dua bagian, yaitu (Sutalaksana, 2006):
a.    Pengukuran secara langsung
Cara ini disebut demikian karena pengukurannya dilaksanakan secara langsung, yaitu di tempat pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Dua cara yang termasuk pengukuran secara langsung, yaitu cara jam henti dan work sampling.
b.    Pengukuran secara tidak langsung
Pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada di tempat pekerjaan, misalnya dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemennya.
Kedua jenis pengukuran diatas memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan dari kedua cara pengukuran terebut (http://www.scribd.com/doc/3943904, 2009).
a.       Pengukuran secara langsung
Kelebihan dari pengukuran waktu secara langsung yaitu praktis, karena hanya mencatat waktu saja tanpa harus menguraikan pekerjaan ke dalam elemen-elemen pekerjaannya. Kekurangannya adalah membutuhkan waktu lebih lama dan biaya lebih mahal, karena harus pergi ke tempat yang bersangkutan.
b.       Pengukuran secara tidak langsung :
Kelebihan dari pengukuran secara tidak langsung, yaitu waktu yang relatif singkat dan biaya lebih murah. Kekurangannya adalah belum ada tabel data waktu gerakan yang menyeluruh dan rinci, dibutuhkan ketelitian yang tinggi, dan data waktu gerakan harus disesuaikan dengan kondisi pekerjaan.

Work Sampling


2.1               Definisi Work Sampling
Work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses atau operator (Sritomo, 1992). Pengukuran kerja dengan metode sampling kerja ini sama halnya dengan pengukuran kerja menggunakan jam henti, yaitu diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung. Teknik sampling kerja ini pertama kali digunakan oleh seorang sarjana Inggris bernama L.H.C. Tippett dalam aktifitas penelitiannya di industri tekstil.


2.2              Kegunaan-kegunaan Work Sampling
Work sampling  mempunyai beberapa kegunaan lain di bidang produksi, selain untuk menghitung waktu penyelesaian. Kegunaan-kegunaan dari work sampling adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 2006).
a.         Mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja atau kelompok kerja.
b.        Mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik.
c.         Menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung.
d.        Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.

2.3              Langkah-Langkah Sebelum Melakukan Work Sampling
Pada dasarnya, langkah-langkah dalam melakukan sampling pekerjaan tidak berbeda dengan cara jam henti. Langkah-langkah yang dilakukan sebelum melakukan work sampling, yaitu (Sutalaksana, 2006):
a.         Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan, menentukan besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan.
b.        Melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik.
c.         Memilih operator.
d.        Pelatihan bagi operator agar terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan.
e.         Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan.
f.         Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa papan pengamatan, lembaran-lembaran pengamatan, alat tulis.

2.4              Cara Melakukan Work Sampling
Cara untuk melakukan sampling pengamatan dengan sampling pekerjaan tidak berbeda dengan yang dilakukan untuk cara jam henti yaitu terdiri dari:
a.         Melakukan sampling pendahuluan.
b.        Pengujian keseragaman data, bertujuan untuk menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB). Rumus untuk mencari BKA dan BKB adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 2006).
2.5              Penggunaan Tabel Angka Acak dalam Work Sampling
Pengamatan yang dilakukan dalam work sampling haruslah ditentukan secara acak (random). Oleh karena itu, maka penggunaan tabel angka acak merupakan metode yang terbaik guna menjamin bahwa sampel pengamatan yang diambil benar-benar dipilih secara acak. Tabel angka acak terutama sekali dapat dipakai sebagai alat untuk menetapkan waktu setiap harinya, dimana pengamatan harus dilaksanakan.

2.6              Menghitung Waktu Baku
Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk mengetahui waktu baku, maka waktu siklus dan waktu normal harus diketahui terlebih dahulu. Manfaat dari waktu baku adalah sebagai berikut (Sritomo, 1992).
a.        Man Power Planning.
b.        Estimasi biaya-biaya untuk upah kerja.
c.         Penjadwalan produksi dan penganggaran.
d.        Perencanaan sistem pemberian bonus dan intsestif bagi pekerja yang berprestasi.
e.         Indikasi keluaran untuk mampu dihasilkan oleh pekerja.


3.  Definisi Peta Kerja
            Menurut Sutalaksana (2005), peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semuah langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku), kemudian menggambarkan semuah langkah yang dialaminya.

3.1       Lambang Peta-Peta Kerja
            Lambang-lambang yang dipergunakan pada saat itu gilberth mengusulkan 40 lambang yang bisa dipakai. Kemudian pada pada tahun berikutnya jumlah lambang-lambang disederhanakan sehinggga hanya tinggal 4 macam, yaitu:
         Operasi

         Pemeriksaan
         Transportasi




Penyimpanan

            Pada tahun 1947, American Society of Mechanical Engineers (ASME) membuat standar lambang-lambang yang terdiri dari 5 macam lambang. Dengan penambahan lambang yaitu :
 Delay atau menunggu
Lambang-lambang standar dari ASME inilah yang digunakan dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya. Lambang-lambang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
          Operasi
                  Suatu kegiatan operasi apabila benda tersebut mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Dalam prakteknya, lambang ini juga bisa digunakan untuk menyatakan aktivitas administrasi, misalnya: aktivitas perencanaan atau perhitungan.
          Pemeriksaan
                 Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu obyek atau membandingkan obyek tertentu dngan suatu standar.
Transportasi
                 Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi. Suatu pergerakan yang merupakan bagian dari operasi atau disebabkan oleh pekerja pada tempat bekerja sewaktu operasi atau pemeriksaan berlangsung, bukanlah merupakan transportasi.
            Menunggu
                Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar). Kejadian ini menunjukan bahwa suatu obyek ditinggalkan untuk sementara tanpa pencatatan sampai diperlukan kembali.
            Penyimpanan
                  Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Jika benda tersebut akan diambil kembali, biasanya akan memerlukan suatu prosedur tertentu. Lambang ini digunakan untuk suatu objek yang mengalami penyimpanan permanen. Yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa izin tertentu.
                  Selain kelima lambang standar di atas, Kita bisa menggunakan lambang lainnya apabila merasa perlu untuk mencatat suatu aktivitas yang memang terjadi selama proses berlangsung dan tidak terlungkap oleh lambang-lambang tadi, yaitu:
                  Aktivitas Gabungan
                  Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.

3.2       Jenis-Jenis Peta Kerja
            Peta kerja sekarang ini dibagi dalam dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu:
1.    Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan.
2.    Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat.      
Masing-masing peta kerja yang akan di bahas berikut ini semuanya termasuk dalam kedua kelompok diatas, antara lain:
1.    Yang termasuk kelompok kegiatan kerja keseluruhan:
a.    Peta Proses Operasi.
b.    Peta Aliran Proses.
c.    Peta Proses Kelompok Kerja.
d.    Diagram Aliran.
2.    Yang termasuk kelompok kegiatan kerja setempat:
a.    Peta kerja, dan mesin.
b.    Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan.

3.3.        Peta Proses Operasi
              Peta proses operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga membuat informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti: waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai.

3.3.1      Kegunaan Peta Proses Operasi
              Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi kita dapat memperoleh banyak manfaat, yaitu:
a.         Dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.
b.        Dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan efisiensi ditiap operasi atau pemeriksaan).
c.         Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
d.        Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.

3.3.2.  Prinsip-Prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi
            Langkah pertama, pada baris paling atas dinyatakan kepalanya Peta Proses Operasi yang diikuti oleh identifikasi lain seperti nama obyek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan cara lama atau sekarang, nomor peta dan nomor gambar. Material yang akan diproses diletakan diatas garis horizontal, yang menunjukan bahwa material tersebut masuk kedalam proses. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukan terjadinya perubahan proses. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk membuat produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.

3.4.      Peta Aliran Proses
            Informasi-informasi yang diperlukan untuk menganalisa setiap komponen yang terjadi pada setiap metoda kerja dapat kita peroleh melalui peta aliran proses, yaitu suatu diagram yang menunjukan urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang terjadi selama satu proses atau prosedur berlangsung, serta memuat pula informasi-informasi yang diperlukan untuk menganalisa, seperti waktu dan jarak perpindahan.

3.4.1    Perbedaan Peta Aliran proses dan Peta proses operasi
            Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua hal yang membedakan antara peta proses operasi dan peta aliran proses, yaitu peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasar, termasuk transportasi, menunggu, dan penyimpanan, sedangkan pada peta proses operasi terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja, dan pada peta aliran proses menganalisa setiap komponen yang diproses secara lebih lengkap dibanding peta proses operasi dan memungkinkan untuk digunakan di setiap proses atau prosedur, baik dipabrik ataupun kantor. Peta aliran proses tidak bisa digunakan untuk menggambarkan proses perakitan secara, biasanya digunakan untuk menganalisa salah satu komponen dari sebuah produk yang dirakit.

3.4.2     Jenis-Jenis Peta Aliran Proses
            Secara terperinci dapat dikatakan bahwa peta aliran proses pada umumnya terbagi dalam dua tipe, yaitu:
a.                  Peta aliran proses tipe bahan.
b.                  Peta aliran proses tipe orang.
c.                  Peta aliran proses tipe kertas.

3.4.3.   Kegunaan Peta Aliran Proses 
            Digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai dari awal masuk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas terakhir. Juga dapat memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses atau prosedur, dan jumlah kegiatan yang dialami bahan atau yang dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.

3.5       Peta Proses Kelompok Kerja
Menurut Sutalaksana (2005), peta proses kelompok kerja merupakan yang menggambarkan aliran sekelompok manusia dalam melakukan proses operasi. Kegunaan peta proses kelompok kerja, antara lain mengurangi ongkos produksi atau proses dan mempercepat waktu penyelsaian produksi atau proses.

3.6.      Diagram Aliran   
            Diagram aliran merupakan suatu gambaran menurut skala dari susunan lantai dan gedung, yang menunjukan lokasi dari smua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses. Aktivitas, yang berarti pergerakan suatu material atau orang dari suatu tempat ke tempat berikutnya yang dinyatakan oleh garis dalam diagram tersebut.

3.6.1    Kegunaan Diagram Aliran
            Diagram aliran mempunyai kegunaan, dapat menunjukan dimana tempat-tempat penyimpanan, stasiun pemeriksaan dan tempat-tempat kerja dilaksanakan. Juga dapat menunjukan bagaimana arah gerakan berangkat-kembalinya suatu material atau seorang pekerja. Dengan begitu berarti kita memiliki data yang cukup baik untuk mengatur aliran lalu lintas dalam ruangan tersebut sedemikian rupa sehingga tidak macet.

3.6.2     Prinsip-Prinsip Pembuatan Diagram Aliran
Ada beberapa prinsip dalam pembuatan diagram aliran, yaitu pertama membuat kepala judul Peta Aliran Proses yang diikuti oleh identifikasi lainnya seperti nama pekerjaan yang dipetakan, tanggal dipetakan, nomor peta, cara sekarang atau usulan dan nama pembuat peta, lalu mengidentifikasi setiap aktivitas dengan lambang dan nomor yang sesuai dengan peta aliran proses, arah gerakan dinyatakan oleh anak panah kecil yang dibuat secara periodik sepanjang garis aliran.

3.7.      Peta Pekerja dan Mesin
Peta Pekerja dan mesin merupakan suatu grafik yang menggambarkan koordinasi antar waktu bekerja dan waktu menganggur dari kombinasi anatara pekerja dan mesin. Peta ini juga merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi waktu menganggur (Sutalaksana, 2005).

3.8        Kegunaan Peta Pekerja dan Mesin
Kegunaan peta pekerja dan mesin, yaitu mengetahui hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang digunakan. Peta pekerja dan mesin juga dapat digunakan sebagai acuan untuk menganalisa penggunaan mesin dan perbaikan keseimbangan kerja.

3.9.      Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan merupakan suatu alat dari studi gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang efisien, yaitu gerakan-gerakan yang memang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Peta ini menggambarkan semua gerakan-gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan suatu pekerjaan (Sutalaksana, 2007).

2.9.1        Kegunaan Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
             Kegunaan peta tangan kiri dan tangan kanan, yaitu menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan, menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif, sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja, dan sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru dengan cara kerja yang ideal.


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Ford Cars. Powered by Blogger